22 Maret 2011

Gempa yang Tidak Telupakan

Semuanya pasti tahu bencana alam terbesar yang terjadi baru-baru ini kan?Ya apalagi kalau bukan gempa dan tsunami yang melanda Jepang.Seketika saya teringat kembali mengenai pengalaman yang saya alami akibat gempa pada bulan Maret,enam tahun yang lalu.Ceritanya seperti ini…

Senin,28 Maret 2005 aku pergi dari daerah asalku Sidikalang (Sumatera Utara) menuju tanah perantauan bernama Pandan (masih di Sumatera Utara,hhe…) yang merupakan daerah tepi pantai dan sangat dekat dengan pulau Nias.Di sini yang mau aku bahas bukan tentang perjalanannya melainkan cuma mau memberitahu kalau hari itu aku menjadi sangat lelah dan tidur lebih awal sekitar pukul 21an ( kayak anak SD aja ) di kosan.
Saat itu sekitar pukul 11 malam (waktu itu nggak liat jam ) aku terbangun karena merasa ada yang mengguncang-guncangkan tubuhku dan aku membuka mata.Tepat saat membuka mata, listrik pun padam dan sekejap aku sadar ternyata sedang terjadi GEMPA….!!!! Spontan aku teriak-teriak “gempa…gempa…gempa…” lalu berlari ke kamar teman-teman kos lainnya ( aku juga heran dalam keadaan listrik padam kok bisa nggak nabrak dinding ). Aku mendobrak tiap-tiap kamar,mengecek tiap-tiap tempat tidur dengan maksud membangunkan yang masih tertidur tetapi tidak ada satu orang pun yang kutemukan kemudian aku sadar ternyata hanya aku sendiri yang tertinggal di kos.Wuiiihhhh…! darahku serasa berdesir.

Pada saat itu gempa terasa semakin kuat, “gubrakkk…kluntang…kluntung…pranggg…duarrr…” (kayak perang aja) terdengar suara benda-benda berjatuhan mulai dari lemari,piring,buku-buku,jam dinding,dll,semuanya rusak.Spontan aku lari terbirit-birit keluar dari tempat kos (yang ini juga tanpa nabrak dinding ).Terlihat jelas orang-orang berlarian sambil panik menuju sebuah SMA yang merupakan sekolahku juga,terletak tepat di lereng sebuah bukit penuh pepohonan.Semuanya takut terjadi tsunami seperti yang terjadi di Aceh.Gempa terasa makin kuat bahkan orang yang berlari saja bisa jatuh karena tubuh menjadi tak seimbang.Saat itu aku melihat teman-teman sekosku sedang berdiri panik dan bingung mau berbuat apa.Dalam keadaan hiruk pikuk aku samperin mereka dengan perasaan kesal lalu menanyakan mengapa mereka meninggalkan aku sendirian dan ternyata aku telah dibangunkan oleh mereka tetapi aku ngak bangun juga ( oaalaahhh,gitu toh…).

Tiba-tiba terdengar orang-orang berteriak “air pantai suruuttt” (kemungkinan terjadi tsunami) dan kami berlarian panik menuju bukit ( sekitar 500 meter dari kos ).Kami berdiam diri di bukit yang seperti hutan itu sekitar setengah jam lamanya kemudian memutuskan untuk turun kembali.Baru saja sampai di lereng bukit terdengar teriakan “air naik…air naik…!!!” spontan kami dan ratusan orang lainnya panik dan naik lagi ke bukit.Keadaan sangat kacau,bayangkan saja larut malam seperti harus naik bukit,gerimis mulai turun,keadaan gelap gulita,banyak bebatuan terjal,orang-orang pada menangis,ada yang menjerit-jerit,bernyanyi lagu rohani Kristen,mengucap ayat-ayat Al-quran,terjebak lumpur,orang-orang terjatuh,pokoknya kacau balau.Masih dalam keadaan panik,sesampainya di atas bukit kami menolong orang-orang agar bisa naik melalui bebatuan besar dan terjal bahkan sampai kami sendiri pun beberapa kali terjatuh.Luar biasa bukan?hhe…

Setelah itu,keadaan mulai tenang,tsunami yang ditakut-takutkan ternyata tidak terjadi,hanya ketakutan yang berlebihan saja.Kami berdiam diri di bukit yang seperti hutan,dingin dan gelap gulita itu sekitar pukul 00.30-03.30 dini hari.Selama di atas bukit semua tidak bisa tidur,hanya duduk terdiam sambil berdoa di dalam hati.Setelah merasa aman,orang-orang mulai turun dari bukit tetapi masih memilih tinggal di teras sekolah karena takut terjadi gempa lagi sedangkan aku dan teman-teman sekos kembali ketempat kos,Sesampainya di kos kami merapikan kembali barang-barang yang berserakan,memperbaiki yang rusak dan membersihkan kos.

Akibat dari gempa tersebut dinding kos retak,dinding sekolah retak,dinding asrama yang terdiri dari empat lantai juga retak,lantai kelas turun,kerusakan rumah dan barang-barang penduduk,serta masih banyak lagi.Tetapi di atas segalanya aku bersyukur karena masih bisa merasakan kehidupan dan pengalaman berharga ini.Semuanya memiliki hikmah bagiku.

Demikian pengalaman ini aku bagikan (kayak pidato aja) meskipun sebenarnya yang aku ceritakan hanya sekitar 60% dari total kejadian yang aku alami saat itu.Thx

Tidak ada komentar:

Posting Komentar